(Sejauh Apa Ikhwan dan Akhwat Berinteraksi)
Seorang mad’u bertanya pada murrobiyahnya sambil menunjuk sepasang ikhwan-akhwat yang berjalan di trotoar dari arah masjid besar. Mad’u tersebut terlihat sangat bingung karena memang dia baru memasuki lingkaran tarbiyah dalam dua bulan terakhir.
“Belum,” jawab murrobiyah.
“Tapi kok dari saya lihat dia, selalu sama ikhwan itu, ngobrol bareng, duduk deketan, dan beberapa hari yang lalu saya lihat mereka syuro hadap-hadapan tanpa hijab.”
Sang murrobiyah hanya tersenyum dan mencoba mengalihkan perhatian mad’unya agar tidak mendekati ghibah terhadap saudara.
Ada yang penasaran, ada yang berdebar-debar, atau bahkan ada yang bosan ketika membaca judul tulisan ini. Bagi yang penasaran mungkin ini memang hal baru buat mereka. Bagi yang berdebar-debar, ada kalanya mereka tengah mencari kebenaran. Bagi yang bosan bisa jadi karena mereka sudah jengah dengan kondisi yang nanti akan dipaparkan. Well, ini hanya sedikit ulasan tentang apa yang saya tahu dan saya pahami.
Yah, kembali ke definisi ikhwan dan akhwat deh. Sesungguhnya panggilan “ikhwan” dan ”akhwat” adalah panggilan persaudaraan. ”Ikhwan” artinya adalah saudara laki-laki, dan ”akhwat” adalah saudara perempuan. Namun di ruang lingkup aktivis rohis, ada dikhotomi bahwa gelar itu ditujukan untuk orang-orang yang berjuang menegakkan agama-Nya, yang islamnya shahih, syamil, lurus fikrahnya dan akhlaknya baik. Atau bisa dikonotasikan dengan jamaah. Maka tidak heran bila terkadang dipertanyakan ke-ikhwanan-nya atau ke-akhwatan-nya bila belum bisa menjaga batas-batas pergaulan (hijab) ikhwan-akhwat.
Kita memang tidak bisa menjustifikasi suatu permasalahan tanpa memahami sebab di baliknya. Termasuk masalah pelanggaran mengenai batasan-batasan pergaulan ikhwan-akhwat di kalangan aktivis rohis atau tarbiyah. Pada dasarnya, ada empat hal yang menyebabkan suatu peraturan itu dilangar:
- Tidak tahu dan tidak paham
- Tahu tapi tidak paham
- Tahu, paham, tapi tidak mengamalkan
- Tahu, paham, mengamalkan, lalai
Analisa masalah sangat dibutuhkan untuk penjagaan hati. Kita ada di posisi yang mana?
Hakikat Pergaulan Ikhwan dan Akhwat
Allah SWT berfirman:
”Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya...” (QS.24: 30)
”Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya) , kecuali yang (biasa) terlihat; yang demikian itu lebih suci bagi mereka....” (QS. 24: 31)
Rosulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan.” (HR.Ahmad)
"Wahai Ali, janganlah engkau ikuti pandangan yang satu dengan pandangan yang lain. Engkau hanya boleh melakukan pandangan yang pertama, sedang pandangan yang kedua adalah resiko bagimu." (HR Ahmad)
Tidakkah kita seharusnya yakin akan ketentuan Allah? Ketika Allah menganjurkan manusia untuk melakukan suatu hal, maka pasti akan ada hikmah. Hikmah yag dapat kita ambil dari anjuran menjaga pandangan adalah demi terpeliharanya kesucian kita.
Baik laki-laki maupun perempuan, semua diperintahkan untuk menjaga pandangan. Namun Allah memerintahkan pada laki-laki terlebih dahulu baru perempuan yang ditambah dengan menutup aurat. Telah dianalisa bahwa memang laki-lakilah yang sangat mudah terjatuh oleh fitnah wanita, maka Allah memerintahkan laki-laki lebih dulu. Waallau'alam bishowaf.
No comments:
Post a Comment