Monday, March 5, 2012

Syakhsiyah Islamiyah


Kepribadian atau dalam bahasa Arab disebut Asy-Syakhshiyyah, berasal dari kata syakhshun. Artinya orang, seseorang, atau pribadi. Kepribadian bisa diartikan jati diri seseorang (haqiiqatu asy-syakhshi). Kepribadian seseorang ditentukan oleh cara berfikir (aqliyyah), yaitu cara seseorang memikirkan sesuatu berdasarkan suatu standar tertentu atau bagaimana seseorang mengkaitkan fakta dengan informasi sebelumnya (dan sebaliknya) berdasarkan suatu standar tertentu dan cara berbuat (nafsiyah), yaitu aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

Kepribadian barangkali mirip sebuah energi. wujudnya sendiri adalah sesuatu yang abstrak. Orang hanya dapat menilai “dampak” yang ditimbulkannya. Disinilah titik kemungkinan orang berbeda dalam mendefinisikan makna “pribadi”.
Pribadi pada dasarnya hasil bentukan antara unsur utama dalam diri manusia. Yaitu, unsur pemikiran atau pola pikir (aqliyyah) dan sikap kejiwaan (nafsiyah). Kualitas serta corak pemikiran serta kejiwaan seseorang, menentukan ketinggian syakhshiyyah (pribadi) seseorang. Karena itu pribadi manusia tidak ada hubungannya dengan penampilan fisik seseorang, Kecantikan atau ketidakcantikan perempuan tidak ada hubungannya  dengan tinggi-rendah pribadinya. Maka pada hakekatnya kepribadian Islam merupakan perwujudan pola pikir islami (Aqliyah Islamiyah)  dan pola tingkah laku islami (Nafsiyah Islamiyah).
Aqliyah Islamiyah hanya akan terbentuk dan menjadi kuat pada diri seseorang bila ia memiliki keyakinan yang benar dan kokoh terhadap Aqidah Islamiyah dan ia memiliki ilmu-ilmu keislaman yang cukup untuk bersikap terhadap berbagai ide, pandangan, konsep dan pemikiran yang ada di masyarakat yang rusak, kemudian pandangan dan konsep tersebut distandarisasi dengan ilmu dan nilai-nilai islami.  Untuk memperoleh Aqliyah islamiyah yang kuat, hanya bias diraih dengan cara menambah khasanah ilmu-ilmu islam (tsaqofah islamiyah), sebagaimana dorongan islam bagi umatnya untuk terus menerus menuntut ilmu kapanpun dan dimanapun.  Allah SWT mengajarkan kepada kita : Katakanlah “Ya Tuhanku tambahkanlah ilmu kepadaku(QS. Thaha : 114)
Sedangkan Nafsiyah Islamiyah hanya akan terbentuk dan kuat bila seseorang menjadikan aturan-aturan islam sebagai cara memenuhi kebutuhan biologisnya (makan, minum, berpakaian dll) Nafsiyah islamiyah dapat ditingkatkan dengan selalu melatih diri untuk berbuat taat, terikat dengan aturan islam dalam segala hal dan melaksanakan amalan-amalan ibadah , baik yang wajib maupun yang sunah serta membiasakan diri untuk meninggalkan yang makruh dan syubhat apalagi haram.  Islampun mengajarkan agar kita senantiasa berahlak mulia, bersikap wara’ dan qanaah agar mampu menghilangkan kecenderungan yang buruk dan bertentangan dengan islam.
Dalam sebuah hadis qudsi Allah SWT berfirman : “ …dan tidaklah bertaqarrub atau beramal seorang hamba-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai seperti bila ia melakukan amalan fardu yang aku perintahkan atasnya, kemudian hamba-Ku senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga aku mencintainya(HR Bukhari dari Abu Hurairah)
Jadi, seseorang dikatakan memiliki syakhshiyah Islamiyah, jika ia memiliki aqliyah dan nafsiyah yang Islami. Syakhsiyah Islamiyah seseorang harus semakin meningkat terus, agar pemikiran islamnya semakin cemerlang, jiwa islamnya semakin mantap dan istiqomah serta menjadi orang yang semakin dekat dengan Allah dan dimuliakan oleh Allah. Wallahu ta‘ala a’lam bishshowab.  

No comments:

Post a Comment